top of page

Cerita Singkat untuk Cinta yang Tersimpan Part 2 (Momen Patah Hati Terhebat)

Seandainya sebelum kita dilahirkan, ada kesempatan bagi kita untuk memilih jalan hidup mungkin semua orang akan selalu bahagia. Namun kita akan menjalani hidup tanpa duka maupun misteri. Ya, hidup akan lempeng aja terus tanpa naik turun. Cerita juga akan berbeda dari yang sekarang. Dan, aku nggak akan patah hati. Mungkin.

Kali ini aku akan membagi kisah patah hati terhebat yang pernah aku rasakan. Ini bukan soal gagal move on atau sejenisnya melainkan tentang kenangan yang bangkit kembali setelah sekian lama tidur. Berawal dari pesatnya sosial media, memang racun banget kalau tiba-tiba foto mantan muncul di timeline dengan tampannya. Lalu aku coba melihat akunnya dan ada foto dirinya pakai jaket jeans mirip dengan yang dia pakai saat SMA dulu. Sontak ingatanku melayang jauh ke tahun 2009. Ternyata berjalan ke depan tak mampu mengubah masa lalu. Apa yang sudah terjadi tetap bisa diingat. Sekarang daripada penyaluran masa lalu ke arah negatif, aku memilih menulis.

******

Dua hari sebelum hari kata putus itu diucapkan, Reihan tiba-tiba menjauhiku. Dia tak lagi ada di sekelilingku, dia tidak menghubungiku sama sekali, aku sangat rindu. Rindu kata-katanya yang selalu memujiku. Setiap dia bilang aku cantik, aku selalu merasa seperti Miss Universe, akulah yang paling cantik di dunia. Saat itu di sekolah, dia juga menghindar, saat di mushola juga begitu. Aku menghampiri Reihan tapi dia cuek berjalan ke arah kelas satu.

Waktu itu hujan deras, iseng aku berjalan santai ke perpustakaan sehabis dari kantin makan bakso. Aku sendirian karena saat aku ajak Reihan, dia masih ikut ujian remidial fisika. Ya sudah, aku sendiri saja toh dia bilang, kemanapun aku pergi, hatinya selalu bersamaku jadi ada atau tidak fisiknya di sebelahku itu tak akan pengaruh karena aku percaya hati Reihan selalu milikku.

“Reihan? Kenapa kamu nggak sms aku? Kalau nggak ada pulsa aku beliin ya?” ujarku saat papasan dengan Reihan dan teman-temannya.

“Uhuk!” sambut teman yang lain.

Reihan tersenyum tipis, dia memandang wajahku dengan tatapan seperti biasanya, manis, dan bikin kangen.

“Biar kangen aja. Tuh, kangen kan?” ujarnya.

“Iya,” ujarku sambil tersipu malu. Ketahuan kan, kalau aku cari-cari dia.

“Ntar malam aku sms ya? Tuh, sudah bel masuk, aku nyusul istirahatnya.”

“Oke. Bye Reihan.”

******

Malamnya aku tak mampu belajar, pandanganku tertuju ke ponsel nokia 6600 milikku. Kenapa sampai jam delapan, Reihan belum juga sms? Mau sms duluan nanti dikira agresif, nunggu juga lama banget, harus gimana ya?

Tiba-tiba layar hp ku menyala lalu bergetar. Benar, ada sms masuk dari Reihan.

Dania, besok istirahat ketemu di perpus ya? Aku mau ngomong.

Sebuah sms yang cukup pendek, malah lebih lama menunggu sms ketimbang bacanya. Sudahlah, aku tak membalasnya, biar dia kira aku sudah tidur. Besok juga ketemu lagi.

******

The day when i got hurt so bad dimulai, istirahat ini aku janjian ketemu di perpus bersama Reihan. Aku berjalan sendirian ke sana dengan rasa penasaran. Dia mau bilang apa, ya? Ngelamar aku kali.

“Dania!” panggil Reihan begitu melihatku dari dalam perpus, rupanya dia sudah menungguku. Aku langsung masuk dan duduk di sebelahnya.

“Langsung aja ya, sebelumnya aku mau minta maaf karena bikin kamu bingung, selama ini aku diam karena mikir, aku nggak boleh pacaran sama mama, aku disuruh belajar dulu padahal aku sayang kamu,” ujarnya pelan. Aku mencerna kata-kata itu, aku tak percaya apa yang aku dengar, ini artinya Reihan minta putus?

“Jadi?” tanyaku memastikan apa yang dia bilang.

“Kita teman aja, ya? Kamu pasti dapat yang lebih baik dari aku. Jodoh nggak kemana, Nia.”

“Nggak apa-apa, Han.”

Aku menghela napas, pahit, sesingkat ini kisahku bersama Reihan dan harus berakhir seperti ini. Aku nggak bisa menangis di depan Reihan.

“Dania, kamu masih boleh kok kalau mau pulang bareng aku. Toh, kita sekarang teman kan?” ujarnya santai. Kenapa kamu bisa sesantai ini padahal hatiku hancur, Rei?

Aku menatap matanya dalam-dalam, aku masih belum percaya ini semua namun aku mencoba tegar di depan di depannya.

“Seandainya kita bisa lebih lama lagi, aku belum sempat bikin kamu bahagia,” ujarku jujur.

“Kamu sudah membuatku bahagia sejak awal,” kata Reihan sambil tersenyum menghiburku.

Sejak itu aku merasa hancur, satu hal yang membuatku masih betah berada di sekolah adalah Reihan masih ada di sana, aku masih bisa melihatnya meski dari kejauhan, aku mencoba mendekati teman-temannya untuk mencari celah agar aku selalu tahu kabarnya. Aku masih bisa tersenyum dan tertawa bersama teman-teman di siang hari tapi ketika malam tiba semua berubah, mendadak hati menjadi sendu. Aku menangis tergugu setiap malam bersama lagu-lagu yang mencerminkan isi hatiku, untung saja orang tuaku tidak mendengar tangisanku dalam bantal.

Aku mau Reihan, aku cuma mau Reihan.

Sampai akhirnya aku kuliah, perasaanku sedikit lega karena sudah jauh dari Reihan namun masih ada tempat untuknya. Aku tak menangis karenanya lagi. Ada seseorang yang membuatku lupa pada Reihan. Namanya Dirga, dia membuat hidupku normal kembali tapi jujur saja, cinta yang aku rasakan tak semenggebu-gebu yang aku rasakan pada Reihan. Ya begitu saja, nothing special.

Saat menikah aku tak merasakan apapun, hatiku sepertinya kebal, ya senang saja, perjalanan manusia itu-itu saja, bukan?

Sekarang aku dan Reihan sudah berada di kehidupan masing-masing tanpa saling melupakan dan tanpa berharap untuk kembali biar patah hati terhebat masa SMA itu tersimpan dalam sebuah cerita pendek. Tulisan memang tak membawa perubahan apapun untuk aku dan Reihan tapi paling tidak aku kisah untuk dibagi pada kalian. Tentang cinta pertama yang begitu berkesan hingga bertahun-tahun dan tentang keikhlasan melepas yang telah pergi. Aku tidak ingin kenangan ini hanya menjadi cerita, aku ingin mengabadikannya dalam tulisan.

Terimakasih, Reihan!

Biarkan aku selalu ingin tahu tentangmu, maafkan kalau aku bertanya, maafkan kalau aku selalu jadi orang pertama yang melihat statusmu karena aku ingin tahu kabarmu. Biarkan kamu menjadi objek yang membuatku terus ingin bercerita, tentang kita, tentang semua kenangan SMA.

-Sampai Jumpa di Part 3-


 
Featured Review
Tag Cloud

© 2023 by The Book Lover. Proudly created with Wix.com

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey Google+ Icon
bottom of page